Geliat Petani Tebo Menuju Daulat Pangan - TPHKP -->

Breaking

logo

Geliat Petani Tebo Menuju Daulat Pangan

Geliat Petani Tebo Menuju Daulat Pangan

GELIAT PETANI TEBO MENUJU DAULAT PANGAN,
BANGKITKAN KEMBALI PEPATAH ADAT
“ADO PADI SEGALO MENJADI “

“Ado Padi Segalo Menjadi “adalah pepatah adat masyarakat  Kabupaten Tebo Jambi yang mengandung makna bahwa apabila petani mau menanam padi, maka banyak manfaat  ikutan lainnya yang dihasilkan antara lain  mereka juga akan menanam sayur mayur dan palawija  di sekitar sawah, hasil padi yang melimpah , petani bisa membayar zakat  padi yang hasilnya untuk pembangunan masjid, hampir semua masjid di desa desa  dibangun  dari hasil zakat padi.  Melalui pendekatan adat  inilah yang dilakukan kadis pertanian Kabupaten Tebo Ir. Sarjono semenjak menjabat sebagai kadiistan pada sejak tahun 2013 hingga 

Pada awalnya, menyadari bahwa sebagian besar petani  di Kabupaten Tebo adalah petani karet dan sawit yang meliputi  areal seluas 171.361 Ha atau 28,36 %  dari luas lahan Kabupaten Tebo 604.100 Ha. Sementara luas  baku sawah  dari 12 kecamatan yang  ada hanya 5.100 ha. Sebagian besar tadah hujan, hanya  600 ha beririgasi teknis, dengan jumlah penduduk pada Tahun 2012 berjumlah 312.806 jiwa memerlukan konsumsi beras sebanyak 30.873 ton, sementara  produks beras yang dihasilkan petani sendiri (dari hasil padi sawah dan padi     ladang )  adalah 19.375 ton atau baru memenuhi 62,7 % kebutuhan konsumsi beras masyarakat, tentunya masih jauh dari kata kata Swasembada Beras.

Memperhatikan kondisi ini, dan melihat potensi lahan yang masih tersedia serta semangat Kedaulatan Pangan yang senantiasa digaungkan oleh Kementrian Pertanian, serta memegang prinsip “tidak ada  permasalahan yang tidak bisa diselesaikan selagi untuk  kebaikan bersama “apalagi menyangkut isi perut anak bangsa dan harga diri bangsa, maka Dinas  Pertanian  Kabupaten Tebo  terus berusaha secara maksimal dan mencari strategi bagaimana untuk mencapai swasembada beras, antara lain dengan membangkitkan kembali semangat petani  Tebo untuk kembali ke sawah , menggarap kembali lahan sawah yang tidur puluhan tahun meningkatkan intersitas pertanaman, memanfaatkan lahan kebun bukaan baru untuk Pajale, dan tentunya memerlukan dukungan sarana prasarana pertanian utamanya pembangunan dan perbaikan bangunan air, bantuan alsintan seperti handtraktor, pompa air serta alat pasca panen.

Kata kuncinya adalah  “Bagaimana kita mampu membangkitkan  semangat petani untuk mau kesawah, masaah penerapan tehnologi itu nomor  kesekian, sebab hampir rata rata petani sudah memiliki  handpone,  masalah tehlogi budidaya, pengendalian hama penyakit, serta harga produk pertanian bisa mereka  lihat melalui HP atau mbah gogle “ujar Sarjono. Maka disinilah letaknya peran PPL  bagaimana mereka harus mampu  menggerakan petani untuk mau memulai  dan meningkatkan  kinerjanya. Disamping itu peran  tokoh  agama dan masyarakat adat setempat  sangat diperlukan, maka tak heran  rata rata petani di Kabupaten Tebo sudah  terbiasa dan bangga dengan  pepatah adat “Ado Padi Segalo Menjadi“  yang senantiasa digaungkan kembali oleh Dinas Pertanian Kabupaten Tebo.  Dan hasilnyapun secara bertahap  setiap tahun meningkat sebagaimana  data  tabel  dan grafik perkembangan luas tanam Padi, jagung dan kedele  tahun 2011 sd. 2016. Kemampuan produksi beras sendiripun meningkat dari 19.375 ton  pada tahun 2012 menjadi 27.849 ton pada Tahun 2016 atau  atau  mampu memenuhi 84 % kebutuhan konsumsi beras, meningkat 33 % dibandingkan Tahun 2012 sebelumnya.

Selanjutnya Sarjono mengharapkan agar Perluasan sawah baru   terus  berlanjut setiap tahunnya, karena masih tersedia lahan  sekitar 5000 ha tersebar di 9 kecamatan yang potensi memberi kontribusi tercapainya swasembada beras dan kedaulatan pangan, disamping itu semangat petani harus terus dihidupkan untuk itu aparat pertanianpun harus lebih semangat lagi. “Petani semangat satu kali maka kita aparat pertanian harus semangat 2 kali, petani mitra kerja  kita, dan kinerja kita tergantung dari petani yang bertindak dilapangan menyangkut isi perut anak bangsa dan harga diri bangsa, maka Dinas  Pertanian  Kabupaten Tebo  terus berusaha  secara maksimal dan mencari strategi  bagaimana untuk mencapai swasembada beras, antara lain dengan membangkitkan kembali semangat petani  Tebo untuk kembali ke sawah , menggarap kembali lahan sawah yang tidur puluhan tahun, meningkatkan intersitas pertanaman, memanfaatkan lahan kebun bukaan baru untuk Pajale, dan tentunya memerlukan dukungan sarana prasarana pertanian utamanya pembangunan dan perbaikan bangunan air, bantuan alsintan seperti handtraktor, pompa air serta alat pasca panen.

Memanfaatkan  momentum dan UPSUS
Bebeberapa tahun terakahir ini harga karet dan sawit anjlok, petani merasakan sekali dampaknya pada penurunan ekonomi rumah tangga mereka,disaat itulah momentum yang tepat bagi dinas Pertanian Tebo untuk menggerakan  petani kembali menggarap lahan sawahnya  yang lama ditelantarkan karena selama ini tergiur  pada euporia perkebunan sawit. Dan  terlebih lagi dengan adanya program UPSUS  sejak th 2015  lalu  dengan dilibatkannya para babinsa dari TNI AD  turun ke sawah mendampingi petani  memberikan dampak yang sangat positif sehingga  dapat meningkatkan  luas tanam, produksi dan provitas pertanian. Hal itu terlihat meningkatnya perkembangan  luas tanam pajale  pada dua tahun terkahir ini, baik Padi jagung maupun kedele.

Bantuan alsintan terutama handstraktor dan mesin panen Combain Harvester sangat membantu petani utk percepatan pengolahan lahan dan panen, sehingga bisa mengejar pertanaman hingga 2 bahkan 3 kali setahun terlebih ladi di daerah irigasi seperti di desa Semabu, Pagar Puding,  Cermin alam dan Paseban, bahkan pada lahan tadah hujan pun  yang biasanya hanya menanam 1 kali setahun sudah berhasil ditanami 2 kali setahun, seperti di desa Bungo Tanjung, Sungai Abang, Pulau Jelmu, Kandang dan beberapa desa lainnya.

Namun demikian kendala tetap saja ada  dari faktor alam yang mengakibatkan kekeringan pada tahun 2015  lalu dan kebanjiran  ada awal dan akhir tahun 2016  yang mengakibatkan ratusan ha sawah gagal tanam dan fuso. Namun petani tetap semangat untuk berusahatani  padi, karena sudah tertanam dihati mereka Ado Padi Segalo Menjadi serta dukungan pemerintah  yang terus berlanjut  untuk mewujudkan kedaulatan pangan trategi  bagaimana untuk mencapai swasembada beras, antara lain  dengan membangkitkan kembali semangat petani  Tebo untuk kembali ke sawah , menggarap kembali lahan sawah yang tidur puluhan tahun , meningkatkan intersitas pertanaman, memanfaatkan lahan kebun bukaan baru untuk Pajale, dan tentunya memerlukan dukungan sarana prasarana pertanian utamanya pembangunan dan perbaikan bangunan air, bantuan alsintan seperti handtraktor, pompa air serta alat pasca panen.


Gambar : Danrem 042 Garuda Putih Jambi.Kol.Inf. Refrizal saat panen raya padi sawah
di Desa  Malako Intan Kec. Tebo Ulu. Panen padi hasil tanam ke 2 kalinya tahun 2016 pada lahan sawah tadah hujan mengunakan  combain harvester.  Provitas 6,7 ton/ha


Gambar : Pembinaan Suku Anak Dalam ( SAD), melalui tanaman padi ladang tumpang sari 
di lahan kebun karet bukaan baru. Mereka tidak nomaden lagi, bahkan mereka sudah 
membentuk kelompok tani yaitu kelompok tani  Sungai Bungin terdiri dari 56 KK


Gambar : Petani desa Bungo Tanjung ini menyesal  dulu lahan sawahnya ditanami karet, 
Sadar akan pentingnya Daulat Pangan dan ingat pepatah adat Ado Padi Segalo Menjadi, 
maka kini mereka bongkar kembali karetnya dan mereka kembalikan menjadi sawah . 
slogan Kembalikan sawah kepada fungsinya dan pepatah adat Ado Padi Segalo 
Menjadi sudah  melekat didada petani Tebo


Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact