Muara Tebo - Mangupeh merupakan desa yang dulunya hamparan sawahnya sempat tidak diperhatikan oleh petani, namun dengan segala upaya Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Ketahanan Pangan mencoba untuk memotivasi masyarakat (petani) untuk kembali kesawah, biasanya petani menanam padi satu tauhun sekali dan panen setahun sekali, dengan produksi seadanya, zaman semakin canggih peniltian demi penelitian selalu dilakukan para pakarnya, salah satunya pada bidang pertanian, dimuali dari varietas padi hingga pada mesin pertanian.
Gambar : saat Kadis TPHKP melihat luas hamparan padi yang sedang
menguning dan akan dipanen
Merasa penghasilan dari tanaman karet dan sawit menjanjikan, karena itulah mereka meninggalkan sawah, namun 10 tahun kemudian masyarakat Mangupeh kembali mencoba menanam padi sawah tadah hujan tepatnya tahun 2013 hingga 2015, tiap tahunnya mereka menanam 1 kali dan menggunakan padi lokal, melalui upsus pajale Dinas TPHKP mengajak masyarakat menanam kembali pada tahun 2016 dengan padi lokal, setelah panen pertama dan dilanjutkan tanam kedua Dinas TPHKP mencoba memprovokasi masyarakat dengan menanam padi kembali dengan varietas Batang Piaman seluas 60 Ha pada bulan Nopember 2016.
Gambar : Kadis TPHKP bersama rombongan mendengarkan kebutuhan
kelompok tani desa Mangupeh
Anehnya ketika penanaman padi untuk kedua kalinya pada bulan Nopember ditahun yang sama sempat dikatakan "Gila" oleh petani lain, hal itu tidak di indahkan oleh petani tersebut.
"Namonyo kito nyubo, jadi waktu kito nanam yang keduo kalinyo dengan varietas Batang Piaman ini, dikatokan Gilo dengan petani - petani lain, tapi kami dak ambil pusing dan tetap nanam terus, Alhamdulillah upayo kito dak sio - sio, kini nan ngato kami Gilo dulu tacengang nengok hamparan padi nan kuning ko" ungkap ketua Kelompok Tani Sungai Lais Sarbawi saat berbincang - bincang sambil berjalan menuju lokasi panen dengan ekspresi gembiranya.(21/02)
Gambar : Foto Bersama di akhir acara panen raya di desa Mangupeh
Namun pernyataan "Gilo/ Gila" tersebut dimentahkan oleh Kadis Tanaman Pangan Hortikultura dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tebo.
"Kita mencoba yang terbaik dan mencoba membantu petani, dimana biasanya masyarakat (petani) panen 1 kali dalam setahun, kita akan upayakan kepada mayarakat agar bisa panen 2 kali dalam setahun, yakni dengan menanam kembali padi, soal mereka mengatakan Gila tidak usah di hiraukan, jika nantinya berhasil mereka kan juga bakal ikuti sistem tanam kita 2 kali setahun" tegas Ir Sarjono
Penanaman 2 kali setahun ini juga di dukung dan disuport oleh Ketua Lembaga Adat Desa bapak Ramli dan perangkat desa lainnya.
Dalam kegiatan panen raya padi "Gilo" di Desa Mangupeh Sarjono tidak bosan - bosannya menyampaikan kepada petani, bahwasanya saat ini di Dinas TPHKP sedang ada program pengembangan Jagung dan Cabai, jika memang masyarakat berminat untuk segera mengajukan proposal dan CPCLnya kepada penyuluh terkait, tidak itu saja beliau dulunya juga pernah mencoba mengajak petani untuk menanam jeruk di kabupaten tebo ini, usai keberhasilan beliau dalam pengembangan buah naga di kabupaten tebo.
Gambar : Menunggu Kapal pesiar yang akan menyeberangkan Kadis beserta Rombongan
di Pelabuhan Mangupeh, dalam keadaan basah kuyup
Ditambhakan lagi oleh Kadis TPHKP "Kedepan untuk penanaman padi kita akan menggunakan sistem tanam jajar legowo, jajar legowo memiliki keuntungan yang beda, disamping produksi bertambah, serangan hama juga berkurang, disamping itu mudah dalam perawatan padi tersebut" tambah beliau.
Sarjono juga mengatakan kepada masyarakat untuk membuat penangkar padi seluas 3 ha jika berhasil Kadis TPHKP beliau berharap kedepannya petani tidak lagi membeli benih dari luar, melainkan kepada petani penangkar benih yang ada dikabupaten tebo, tentunya dengan kualitas terjamin.
Melihat semangat masyarakat yang mendengarkan paparan dari Kadis TPHKP, dibawah sehelai terpal dan guyuran hujan deras, masyarakat tetap semangat hingga menunggu hujan reda, namun sambil menunggu hujan reda pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan dari masyarakat kepada Dinas TPHKP, dan salah satu dari kelompok bertanya dan memohon dengan sangat.
"Pak kami mohon dengan sangat pak untuk dibuatkan irigasi atau berupa bendungan, karna sawah kami ini sawah tadah hujan, kalau ada hujan sawah subur namun kalau kemarau sawah kering, jadi kalau ado irigasi dan bendungan walaupun kemarau kami tetap bisa mengairi sawah kami Pak" Ungkap Sarbawi
Menindaklanjuti pertanyaan petani tersebut, tentang permasalahan pengadaan bendungan dan irigasi, Kadis TPHKP Ir. Sarjono mengatakan "Memang di melalui dinas bisa, namun saat ini alokasinya sudah ditentukan dari tahun 2016, untuk solusinya didalam anggaran dana desa juga disediakan anggaran untuk bidang pertanian, dimana anggarannya bisa digunakan untuk keperluan pembangunan pertanian seperti irigasi dan jalan setapak desa bahkan untuk memagari sawahpun juga bisa, silahkan koordinasi dengan Pak Kades nanti, karna beliau juga hadir ditengah - tengah kita" jawab beliau mengakhiri pembicaraan.
Dikatakan oleh Pak Sarjono, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tebo saat ini menjadi acuan oleh Dinas Provinsi Jambi kepada kabupaten - kabupaten lainnya.
Tentunya masih menjadi pertanyaan dan penasaran bagi pembaca, tentang pernyataan "Gilo" tersebut, begini ceritanya, ketika masyarakat menanam padi yang pertama pada awal tahun dan bisa dipanen enam bulan kemudian, nah pada saat tanam padi kedua kalinya panennya bakal jatuh pada bulan Februari atau Maret, biasanya pada bulan tersebut lahan persawahan mereka akan digenangi air luapan sungai bisa kita sebut kebanjiran kalau nama kerennya fuso, namun karena iklim pada 2 tahun belakangan ini tidak menentu alias pancaroba, tidak salahnya masyarakat (petani) mencoba menanam untuk kedua kalinya, namun hal itu menimbulkan cemoohan dari petani - petani lainnya hingga mereka menyebutnya "GILA" begitulah jalan ceritanya.